*** Sehari Sebelumnya ***
Sabtu pagi (28 Nov 2015) gue langsung ngecek rekening gaji untuk memastikan sudah gajian atau belum. Karena sudah gajian jadi gue memutuskan untuk melanjutkan rencana perjalanan untuk ngetrip di Bandung. Jam 6 pagi gue udah sibuk nelpon itu bocah tapi ga diangkat, mungkin lagi tidur. Secara refleks gue langsung bbm untuk ajak trip Bandung. Dari Jakarta gue berangkat sendiri menggunakan mobil travel, sementara Reza Antoni sudah di Bandung karena memang dia kuliah disana. Sampai di Bandung sekitar jam 12.30 dan drama trip dimulai!!! Tadinya mau pakai motor Reza Antoni tapi karena niatnya mau sewa mobil maka motornya di titip ke temen dan dibawa ke purwakarta. Cari rental mobil dan motor dari berbagai macam website serta jalan kaki kesana kemari ga nemu juga sampai hampir sore. Akhirnya setelah solat ashar kita berhasil sewa motor yang akan membawa ke beberapa tempat di Bandung. Sebelum mulai perjalanan kita mencari hotel yang murah disekitaran Bandung melalui situs pemesanan online travel ternama di Indonesia. Drama berikutnya terjadi!!! Hotel pertama yang cukup murah adalah Fave Hotel, lokasinya berada di Jl. Braga, harganya sekitar 300ribuan. Lokasi yang cukup strategis untuk wisata malam di Bandung. Ketika mau checkin dengan menunjukkan email pembayaran ternyata tanggal checkin berubah menjadi H+1. It’s like……. Aaaaaahhhhh….. gimana rasanya coba ketika mau istirahat ternyata tanggal checkin berubah menjadi H+1. Kemudian gue nelpon ke situs penyedia booking hotel tersebut dan setelah di telusuri ketika melakukan payment kemudian tanggal berubah otomatis karena kamar sudah terlebih dahulu di booking orang lain hanya berselang beberapa detik saja. Gue lemes dan ga bisa mikir jernih lagi, mau marah tapi siapa yang harus disalahkan. Akhirnya kita keliling Bandung cari hotel yang murah untuk 1 malam saja, ternyata sudah pada fully booked dan yang paling murah untuk 1 malam itu harganya 400rb!!! Oh sh*t…… Akhirnya malam itu dapat hotel juga dan langsung istirahat di Hotel Perdana Wisata Bandung yang berada di Jl. Jend. Sudirman. Mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan ke Puncak Bintang, Patahan Lembang dan Kawah Putih keesokan harinya.
Rencananya jam 2 nanti kita berdua
akan menembus udara dingin Bandung menuju salah satu tempat untuk melihat
ribuan bintang di daratan. Ya, bener di bandung ada banyak bintang di daratan bumi Parahyangan Bandung. Yang gue maksud disini adalah bintang-bintang yang sumber cahayanya berasal dari lampu-lampu kota Bandung, it's kinda like in Tebing Keraton atau Bukit Bintang di Jogja.
Lokasi untuk melihat ribuan
bintang tersebut bisa dilihat dari kawasan Caringin Tilu, Bukit Moko atau
Puncak Bintang. Untuk rutenya dari Hotel Perdana Wisata bisa dilihat seperti
dibawah ini:
Perjalanan cukup lancar karena
sepi dari kendaraan dan gue cukup duduk ganteng di boncengan sebagai navigator
sambil memegang hp melihat rute di google maps, apakah rute yang kami lewati
benar atau tidak. Memasuki Caringin Tilu sebenarnya
ingin berhenti sebentar karena pemandangan bintang-bintang dibawah sana sudah
terlihat bagus tapi entah kenapa rasa penasaran kami berdua motor terus melaju
semakin naik keatas. Sampai di warung Daweng sekitar
jam 2.30 dan motor dikenakan biaya Rp. 5.000,-. Dari lokasi warung Daweng ada dua tempat untuk menikmati kelap kelip lampu seantero Bandung, yaitu Bukit Moko dan Puncak Bintang.
Di Bukit Moko, Puncak Bintang dan Patahan lembang bisa menyaksikan sunrise dan sunset hanya di satu tempat. Untuk melihat matahari terbit sangat disarankan untuk menuju Patahan Lembang, waktu terbaik untuk melihat matahari terbit pada saat musim kemarau dan sudah sampai di lokasi sekitar pukul 5 pagi, itu artinya bagi yang ingin membuat poto timelapse atau sekedar poto narsis sudah harus berjalan kaki menuju Patahan Lembang sekitar pukul 4 pagi dari Puncak Bintang. Sementara untuk melihat sunset bisa langsung dari Puncak Bintang atau Bukit Moko.
*** Bukit Moko***
Untuk mencapai Bukit Moko dan Puncak
Bintang cukup berjalan kaki ke atas dari Warung Daweng. Bukit Moko menawarkan
beberapa fasilitas, seperti: Warung makan (warga sekitar biasa menyebut dengan
café), lapangan api unggun, foto prawedding dan tentunya pemandangan bintang
bintang yang bisa dilihat dibawah sana.
Menurut salah satu penjaga warung
yang berada di dekat Bukit Moko, Bukit Moko sendiri sudah ada sejak 20 tahun
yang lalu, tapi baru terkenal setahun belakangan (sekitar tahun 2014) bersamaan
dengan dibukanya tempat wisata baru Puncak Bintang yang berada diatas Bukit
Moko.
Bukit Moko berasal dari kata Moko
yang merupakan nama pemilik warung (café) yang kemudian pemilik warung (café)
tersebut memberikan warung (café) kepada karyawannnya untuk di kelola dengan
baik agar tempat tersebut bisa menjadi tempat untuk medapatkan rejeki bagi warga
sekitar.
Lokasinya yang berada di
ketinggian sekitar 1500 mdpl menjadikan tempat ini mempunyai udara yang dingin
terutama di musim kemarau, tetapi jika musim hujan udara justru tidak sedingin
di musim kemarau. Waktu yang tepat untuk mengunjungi Bukit Moko adalah saat
musim kemarau tapi menurut warga setempat untuk saat ini perkiraan musim tidak
bisa ditebak.
***
Puncak Bintang ***
Lokasi Puncak Bintang berada diatas Bukit Moko,
jika dilihat dari kejauhan pada malam hari akan terlihat ikon Puncak Bintang
berupa Bintang yang bersinar. Puncak Bintang dikelola oleh Perhutani
dan untuk masuk ke kawasan wisata ini cukup membayar tiket masuk sekitar Rp.
8.000/orang.
Gue dan Reza Antoni memutuskan untuk ke Puncak Bintang saja, kami beranggapan jika melihat Kota Bandung dari atas sini akan semakin menarik. Pada hari senin - Jumat Puncak Bintang hanya buka sampai 10 malam saja dan kemudian sekitar jam 5 baru di buka kembali. Sedangkan ketika musim liburan, Puncak Bintang buka sampai pukul 2 malam dan dibuka kembali sekitar pukul 4.30 pagi.
Tiket masuk yang dikenakan untuk masuk ke Puncak Bintang Rp. 8.000,-/Orang, sudah termasuk juga untuk masuk ke wilayah hutan pinus dan tempat untuk melihat sunrise di Patahan Lembang. Biasanya disekitar Puncak Bintang ini ada juga yang mendirikan tenda sekedar bermalam atau membuat api unggun.
Waktu terbaik untuk mengambil foto adalah saat musim panas mulai dari jam 10 malam sampai jam 2 pagi, selain waktu berkunjung yang juga sangat singkat, pada jam tersebut cahaya Kota Bandung masih berkilau dan apabila lewat di jam tersebut cahaya Kota Bandung sudah banyak yang mulai redup.
Butuh keahlian khusus untuk mendapatkan poto yang bagus dari sini, karena cahaya yang minim ditambah dengan kondisi lampu dari Ikon Puncak Bintang yang berganti ganti, sehingga sangat dibutuhkan kesabaran untuk mendapatkan gambar yang sempurna. Untuk photograher amatiran seperti gue ini sangat susah sekali mengambil gambar yang bagus.
Setelah berjuang untuk mendapatkan gambar yang bagus dari Puncak Bintang dan hasilnya kurang memuaskan, gue dan Reza Antoni melanjutkan perjalanan menutu Patahan Lembang dari Puncak Bintang dengan menyusuri hutan pinus yang masih dikelola oleh pihak Perhutani.
Perjalanan menuju Patahan Lembang membutuhkan waktu sekitar 45 menit dan tergantung dari kecepatan berjalan. Untuk menuju sampai ke Patahan Lembang tidak terlalu sulit, cukup mengikuti petunjuk arah yang berada di pohon pinus.
Jika musim hujan sangat disarankan memakai sepatu atau sendal gunung karena jalan akan terasa licin dan dibeberapa tempat terdapat kubangan lumpur yang akan membuat perjalanan terasa berat karena jalanan yang menanjak dan tanah yang lengket di sendal atau sepatu.
Sayangnya ketika kita sampai di Patahan Lembang hari sudah mulai terang tapi tanda-tanda matahari tidak terlihat karena ditutupi awan tebal dan masih ada juga sisa-sisa kabut yang membuat udara sejuk.Walaupun kecewa karena tidak dapat menyaksikan langsung matahari terbit tapi kami cukup puas bisa sampai ke lokasi ini.
Pemandangan di Patahan Lembang sangat Instragram-able banget, ga rugi rasanya untuk datang ke lokasi ini dilain waktu. Kami juga bertemu dengan traveler lain yang berasal dari Jakarta Timur, ngakunya masih anak sekolah yang seperti cabe-cabean padahal udah pada kerja semua.
Sayangnya dibeberapa tempat masih didalam hutan pinus gue menemukan sampah botol minuman yang dibuang sembarangan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sedih rasanya ketika hutan yang memberi kita kehidupan harus dikotori oleh limbah yang sangat susah untuk didaur ulang seperti botol minuman tersebut. Last but not least, mari jaga hutan kita untuk kehidupan yang lebih baik lagi.
11 komentar
Write komentarKalo udah gajian, jangan lupa traktir2 yessss dan gw baru tau ttg patahan lembang
Replynanti gw traktir bubur ayam deh hehehe
ReplyHarus coba tuh om ke Patahan Lembang, kalau masih pagi suasanya masih berkabut-kabut gimana gitu
Asli keren banget ya landscapenya.
ReplySalam kenal ya
Jung
Halo salam kenal juga, iya view di puncak bintang lebih keren kalau cuaca cerah
ReplyYakin deh dinginnya, lha siang aja bandung dingin menurutku hahahahha. Bagus pemandangannya :-D
ReplyBelum pernah kesana jd pengen madukin list saat liburan k bdg nanti. Seru kayanya liat bintang bertaburan di bumi ya :)
ReplyMksh cerita2nya ya
Mas mohon info.. Kalau ke bukit moko itu kan jalannya naik ya? Kondisi jalannya bagus gal mas? Lebih rekomen pakai motor atau mobil? Pengen kesana tapi banyak bilang jalannya mengerikan �� malasih ya
ReplyAduh ngetik dari HP banyak Typo nya ya :D Maapkan
ReplyKondisi jalan cukup bagus tapi di beberapa tempat ada yang berlubang tapi tidak banyak. kl weekend lebih baik bawa motor aja karena kalau mobil agak susah parkirnya dan pastikan juga kondisi motor cukup baik karena jalannya menanjak.
ReplyRencana keini bareng krucil. Eh ternyatapas sakit.. #sad. Moga ada kesempatan lagi nextnya
ReplyKeren mas.. Cinta banget aku sama bandung
ReplyEmoticonEmoticon