Mengawali tahun 2015 tepatnya di tanggal 1 Januari 2015 kita (gue, acen, mamad, riza, agus,nophe, kak ikus, kincaka) yang hobinya naik gunung membuka lembaran baru dengan mendaki Gunung Munara tanpa direncanakan sebelumnya. Bersama Komunitas Jalan Pendaki gue ikut serta untuk naik Gunung yang ada di Pulau Jawa untuk pertama kalinya dan gue juga baru menyadari disini kalau ternyata gue menderita takut ketinggian.
Ada yang sudah pernah dengar nama Gunung Munara? Bagi yang baru dengar nama Gunung ini seperti gue dan sangat asing terdengar ditelinga membuat rasa penasaran untuk menuju puncaknya. Lokasinya tidak jauh dari Jakarta, bahkan cukup mudah diakses dengan kendaraan bermotor.
Berlokasi di daerah Kampung Sawah, Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Kabarnya, gunung ini punya ketinggian sekitar 800-an mdpl. Tidak terlalu tinggi dan cukup mudah untuk didaki bahkan bagi pemula sekalipun, tapi kalau mau naik ke Gunung ini disaat musim hujan tentu saja beban akan bertambah dua kali lipat, karena kondisi tanah yang berlumpur dan cukup lengket membuat perlajanan menjadi lambat dan tidak jarang para pendaki sering terpeleset karena licinnya jalan yang ditempuh.
Berlokasi di daerah Kampung Sawah, Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Kabarnya, gunung ini punya ketinggian sekitar 800-an mdpl. Tidak terlalu tinggi dan cukup mudah untuk didaki bahkan bagi pemula sekalipun, tapi kalau mau naik ke Gunung ini disaat musim hujan tentu saja beban akan bertambah dua kali lipat, karena kondisi tanah yang berlumpur dan cukup lengket membuat perlajanan menjadi lambat dan tidak jarang para pendaki sering terpeleset karena licinnya jalan yang ditempuh.
Perjalanan di mulai dari rumah orangtua Mamad di daerah Raden Saleh, Depok. Disaat semuanya baru bangun kesiangan karena malam sebelumnya merayakan pergantian tahun 2014-2015. Setelah mandi, sarapan dan beberes perlatan lenong lainnya perjalanan dimulai dengan menggunakan sepeda motor.
Karena pendakian ini sebenarnya bukanlah untuk bermalam atau mendirikan tenda, jadi kami tidak perlu membawa perlatan gunung segala. Niatnya cuma mau membunuh waktu nganggur di awal tahun. Pergi ke munara terus sorenya langsung pulang.
Singkat ceritanya kita sudah sampai di parkiran motor untuk registrasi peserta, dikenakan biaya Rp. 2.500,- per orang dan untuk parkiran motor dikenakan biaya Rp. 7.000,- per motor. Tidak ada ritual berdoa sebelum memulai naik ke atas, doa masing-masing dalam hati saja.
Perjalanan menuju pos 1 sudah dimulai dengan tanah yang becek dan berlumpur, mungkin semalam hujan. Terlihat juga beberapa pendaki ada yang sudah turun, tidak hanya dari kalangan usia muda yang naik ke Munara ini. Beberapa kali gue melihat ada yang sudah berusia lanjut bahkan anak kecil juga ada.
"pelan-pelan kak kus, jalanannya licin", teriak gue ke kak ikus yang udah punya jam naik gunung cukup tinggi.
Sendal mulai terasa berat karena tanah lumpur yang lengket ditambah dengan benda-benda lainnya yang ikut nempel juga. Bahkan tidak jarang sendal gunung gue malah susah untuk diangkat dari tanah seakan-akan sendal dan tanah sudah dilem.
Sampai di pos pertama diiringi dengan rintik hujan dan angin yang menderu membuat ranting pepohonan saling bergesekan dan menghasilkan bunyi hutan yang khas. Isitirahat dan makan siang yang sudah dibeli sebelumnya.
Sampai di pos pertama diiringi dengan rintik hujan dan angin yang menderu membuat ranting pepohonan saling bergesekan dan menghasilkan bunyi hutan yang khas. Isitirahat dan makan siang yang sudah dibeli sebelumnya.
Perjalanan dilanjut menuju pos dua, kodisi jalan masih sama seperti sebelumnya, tanjakan, berlumpur dan lengket. Tidak perlu berlama-lama berlajan sudah sampai di pos dua dan karena tenaga masih cukup perjalanan dilanjutkan menuju pos tiga.
Pos yang terakhir ini juga kami lewati karena sudah tidak sabar untuk menuju puncak. Ditengah perjalanan kami melewati goa kecil dan terdapat lokasi cagar budaya di sebuah batu besar. Masih disekitaran goa kecil tersebut terdapat sebuah pohon besar yang menurut gue ini adalah pohon beringin.
Pos yang terakhir ini juga kami lewati karena sudah tidak sabar untuk menuju puncak. Ditengah perjalanan kami melewati goa kecil dan terdapat lokasi cagar budaya di sebuah batu besar. Masih disekitaran goa kecil tersebut terdapat sebuah pohon besar yang menurut gue ini adalah pohon beringin.
Perjalanan dilanjutkan lagi dan sudah sampai di puncak pertama, untuk menaiki puncak ini cukup sulit bagi yang tidak berpengalaman seperti gue. Awalnya sih gampang karena sudut kemiringannya tidak terlalu curam. Setelah sampai di tengah gue melihat kebelakang dan yang terjadi adalah........
kaki lemes, nyali menciut!!!
"ALLAH-HU- AKBAR tinggi banget", ucap gue dalam hati.
"ALLAH-HU-
"ayuuukk naik lagi", teriak acen yang udah nempel aja di dinding bukit.
"Ga deh mas, ga berani gue, nanti turunnya gimana? lewat mana?", teriak gue dari bawah.
"ya turunnya lewat sini lagi, lo harus bisa menaklukkan rasa takut lo za!!", kata acen.
ALLAH-HU- AKBAR
ALLAH-HU- AKBAR
ALLAH-HU- AKBAR
Gue mencoba memberanikan diri untuk naik lebih tinggi lagi dan baru di tengah dinding tangan dan kaki mulai gemetaran, panik sejadi-jadinya. Mana batu untuk pegangan dan berpijak lebih kecil dari genggaman gue lagi. Kalau gue jatoh dan mati ini gimana urusannya coba?.
"ayoo za lo pasti bisa! kaki kiri naik ke batu yang diatasnya, tangan kanan juga di pindahkan ke batu yang diatasnya", teriak acen sambil mengarahkan gue untuk naik ke atas.
ALLAH-HU- AKBAR
ALLAH-HU- AKBAR
ALLAH-HU- AKBAR
Akhirnya perjuangan gue antara hidup dan mati untuk mencapai puncak 1 gunung munara berhasil juga!
Subhanallah
Subhanallah
Subhanallah
Pemandangan dari atas sini luar biasa bagusnya dan kata kak ikus gedung-gedung pencakar langit yang ada di ujung sana adalah Kota Tangerang. Tapi ya gitu gue masih belum berani melihat kebawah dan berdiri. Selain angin yang kencang, kaki juga masih gemeteran.
Pemandangan dari atas sini luar biasa bagusnya dan kata kak ikus gedung-gedung pencakar langit yang ada di ujung sana adalah Kota Tangerang. Tapi ya gitu gue masih belum berani melihat kebawah dan berdiri. Selain angin yang kencang, kaki juga masih gemeteran.
Setelah menyelesaikan ritual wajib (baca: poto-poto) acen langsung mengajak turun dan sebagai Bapaknya dia turun duluan sambil mencontohkan cara turun yang baik dan benar. Tiba giliran gue, terjadilah keringat dingin dan kaki gemeteran lagi.
Setelah perjuangan yang cukup berat dan berkat mulut acen yang cerewet sambil mengarahkan gue untuk turun akhirnya berhasil juga turun dengan selamat dan Alhamdulillah.....
Jadi setelah naik ke puncak 1 munara tadi masih takut ketinggiaan?
Masih.......
Mau coba yang lebih tinggi lagi?
Mauuuuuuu....... asal ada tali atau webbing biar lebih safety lagi.
Terima kasih buat semuanya, kalian luar biasa!!!
13 komentar
Write komentarBeta belum pernah kesana pun :(
Replyyuk kesana lagi, masih penasaran sama puncak yang satunya lagi yang lebih tinggi
Replyadoooh za klo takut ketinggian yah jangan naik gunung....
Replymanjat pohon kelapa aja dulu... #eh?
mirip2 ama padang kuku berarti ketinggiannya... hanya saja jalan buat dakinya gak trjal gitu... cuma jalan kecil sampingnye jurang... hahahah #gemetaran juga
lumayanlah buat uji adrenalin hahahhaa
ReplyApalah aq belum pernah kemana"..hihh
ReplyYuuuk ke munara 😊
ReplyHahaha gue yang baca malah berasa gue yang panik coba. ._.
Replycobain aja rasakan sensasinya hahhhaa
Replywihh bahaya banget ghan ndakinya.
ReplyBanyuwangi
Sebenernya ga bahaya banget sih asal berani aja
ReplySitu yang ngedaki gunung kok saya yang gemeteran ya bacanya :))
ReplyBaru tau ada gunung namanya munara,padahal sering kedaerah bogor taunya cuma gunung bunder ._.
Pengalaman naik gunung yang seru, tapi agak tegang karna kurang safety, untung pas turun naik gunung gak lecet :p
Btw, salam kenal :D
omg, tebing bgitu yg harus didaki?? :D aku jg lgs pusing ngeliatnya... -__- salut bisa naik ampe atas mas.. aku jg takut ketinggian..tp caraku naklukin bkn dgn naik gunung sih.. Tapi dgn nyobain bungy jumping, reverse bungy jumping yg dilempar dari bawah ke atas ato giant swing...permainan yg extreme2 dr ketinggian gitu deh.. soalnya walo aku pasti teriak2 naiknya, cuma ngerasa aman aja krn ada pengikat dan lain sebagainya ;p
ReplyAku syudah pernah kesini, pas nanjak udaranya cukup panas. huahaha
Replytapi tempatnya keren. buat lucu-lucuan mendaki :D
EmoticonEmoticon