Awal maret 2015 dipenghujung musim hujan untuk wilayah Jakarta gue melangkahkan kaki lagi untuk menyusuri sisa-sisa bangunan sejarah yang ada di Jakarta. Padahal baru saja sembuh dari demam dan masih batuk tapi yang namanya petualang sejati ga kenal lelah untuk terus berjalan.
Tujuan kali ini adalah Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, Jembatan Kota Intan, Museum Seni Rupa dan Keramik. Dan yang menjadi teman perjalanan kali ini adalah seorang cewek (bukan pacar gue) yang punya kaki besi dan sanggup jalan kaki dari Pelabuhan Sunda Kelapa ke Kota Tua, sebut saja namanya Putri.
Meeting point di Stasiun Kalibata jam 11.30 dan langsung naik kereta menuju Stasiun Kota. Keluar dari Stasiun Kota berjalan ke arah Museum Mandiri - Museum Bank Indonesia untuk naik angkot menuju ke Museum Bahari. Ada beberapa pilihan angkutan umum menuju Museum Bahari, mikrolet no.15 (biru muda) atau kopami no.02 (biru tua). Kemudian berhenti di Jalan Pasar Ikan, Museum Bahari tepatnya di pertigaan Menara Syahbandar.
Alternatif lainnya boleh menggunakan jasa penyewaan sepeda ontel yang ada di Kota Tua, tepatnya di taman Fatahillah. Kalau mau jalan kaki juga bisa dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. Rutenya dari Museum Mandiri atau Bank Indonesia belok kiri dan menyeberangi jembatan di atas Kali Besar. Kemudian belok kanan dan menuju Jl. Kali Besar Barat - Jl. Kali Besar Timur hingga sampai ke bawah Jalan Tol Pelabuhan. Terus berjalan hingga terlihat bangunan Galangan VOC, tepat diseberangnya terdapat Menara Tua Syahbandar. Dari Menara Tua Syahbandar sudah terlihat Bangunan Museum Bahari.
Museum Bahari sangat cocok untuk dijadikan wisata edukasi yang bertujuan memberikan gambaran tentang pentingnya sejarah atau tradisi maritim di Indonesia. Museum Bahari terbuka untuk semua kalangan. Kompleks bangunan Museum Bahari ini terdiri dari beberapa bangunan yang masing-masing bangungan menyimpan peninggalan sejarah.
Museum Bahari mempunyai banyak koleksi kelautan seperti Miniatur Perahu, Kemudi Perahu, Alat Navigasi, Meriam dan masih banyak lagi peninggalan sejarah kelautan maritim Indonesia. Dahulu sejak tahun 1652 sampai tahun 1759 bangunan ini digunakan sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah seperti kopi, teh, tembaga dan tekstil oleh VOC.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang Bangunan ini juga dipakai sebagai tempat menyimpan logistik tentara Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai gudang untuk PLN dan PTT.
Terdapat juga peta atau gambar kelauatan yang menggambarkan kondisi Sunda Kelapa pada jaman dulu, perahu pada masa kerajaan Islam, cara membuat perahu atau kapal beserta peralatan yang dibutuhkan.
Terdapat juga peta atau gambar kelauatan yang menggambarkan kondisi Sunda Kelapa pada jaman dulu, perahu pada masa kerajaan Islam, cara membuat perahu atau kapal beserta peralatan yang dibutuhkan.
Harga tiket masuk untuk dewasa sebesar Rp. 5.000,-, mahasiswa sebesar Rp. 3.000,-, dan pelajar sebesar Rp. 2.000,-. Jam operasional Museum Bahari atau Museum Maritim buka setiap hari selasa sampai minggu mulai dari jam 09.00-15.00 wib, sedangkan pada hari libur besar museum tutup.
Setelah merasa cukup untuk mengelilingi Museum Bahari, gue dan Putri melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang lokasinya tidak begitu jauh, cukup dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari Museum Bahari menuju Pelabuhan Sunda Kelapa.
Setelah merasa cukup untuk mengelilingi Museum Bahari, gue dan Putri melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Sunda Kelapa yang lokasinya tidak begitu jauh, cukup dengan berjalan kaki sekitar 10 menit dari Museum Bahari menuju Pelabuhan Sunda Kelapa.
4 komentar
Write komentarBlm perna masuk tapi sering liat di depan nya. Aada warung seafood lumayan terkenal di depan nya hehee
Replypayaaah... pasti seringnya makan di warung seafood doang, ya kan?
ReplyIni nih yang bikin mupeng.. kesana lagi kak..
ReplyEh saya kalo ke Jakarta naek KRL aja udah bahagia kok kak.. haha
jadi kapan balik ke Jakarta? hunting bareng kita, sekalian hunting ciwi-ciwi hahahha
ReplyEmoticonEmoticon